Mengapa Banyak Lulusan Terjebak di Teori Tanpa Kemampuan Praktis?

Budi Setiawan
4 min readOct 17, 2024

--

Ah, dunia pendidikan! Tempat di mana kita menghabiskan bertahun-tahun duduk di bangku sekolah, menengadahkan kepala seperti angsa, sementara dosen atau guru menjelaskan seluk-beluk teori yang rasanya lebih sulit dimengerti daripada kode-kode rahasia di film-film spionase. Kita semua berharap saat lulus, diploma kita akan berbinar berpadu dengan kemampuan praktis yang padu. Namun, kenyataan seringkali mengatakan lain. Banyak lulusan yang terjebak dalam lautan teori tanpa perahu nyata untuk berlayar di dunia kerja yang penuh tantangan. Yuk, kita gali bersama fenomena ini dan temukan penyebabnya!

Keterbatasan di Balik Dinding Kelas

Pernahkah Anda mendengar istilah “gudang teori”? Ya, lihatlah sekitar Anda, mungkin ada lulusan ekonomi yang waktu ujian di universitas bisa menjelaskan kurva permintaan dan penawaran, namun ketika ditanya tentang bagaimana mengatur keuangan pribadi, keringat dingin mulai mengalir. Kenapa bisa begitu? Itu karena keterbatasan yang ada di balik dinding kelas. Ruang belajar seringkali terjebak dalam batas-batas teori. Apa itu teori? Oh, itu adalah sebuah gagasan atau prinsip yang terlihat memukau di kertas, tetapi ketika dihadapkan dengan kenyataan, bisa jadi sekadar kertas bekas asal tidak jadi asal mirkop atau bahan bakar untuk api unggun.

Banyak lulusan yang sudah menghabiskan waktu berjam-jam mempelajari berbagai konsep, tapi ketika diminta untuk menerapkannya secara praktis, mereka terdiam seolah memutuskan untuk menjalani diet bicara. Ini mirip dengan seseorang yang belajar membuat kue dari resep ini dan itu, tetapi ketika tiba di dapur, semua bumbu dan bahan tampak seperti murid yang kebingungan di zaman Pythagoras.

Ingat Kuis Pop di Sekolah?

Siapa di antara kita yang tidak pernah merasakan ketegangan saat mendengar kata “kuis pop” dari guru? Semua pelajaran yang kita pelajari seperti berlalu lalang pada kecepatan cahaya, dan kita berusaha menampungnya di kepala sempit kita. Nah, sayangnya, ini tidak hanya terjadi di sekolah dasar. Di universitas, kita seringkali nantinya bertemu dengan ‘latihan’ yang mirip: banyak teori, sedikit praktis. Kita diharuskan menghafal teori segitiga, tetapi tidak pernah pernah diajari cara menggambar segitiga di dunia nyata.

Tentu saja, ada banyak materi yang perlu kita pelajari, tetapi mari jujur, kapasitas memori kita tidak sama dengan hard disk dengan kapasitas satu terabyte! Otak kita perlu mau berlatih dan beradaptasi. Namun, banyak universitas yang lebih fokus pada ujian akhir daripada kesiapan siswa menghadapi tantangan di lapangan.

Universitas atau Pusat Data?

Universitas sering kali tampak seperti pusat data yang menyimpan informasi, bukan membangun keahlian. Para mahasiswa ditumpuk dengan tugas dan dosen lebih banyak berbicara daripada memberi kesempatan untuk praktek. Dan ketika lulus, mungkin kitaangat pandai berdiskusi tentang makalah dan teori, tetapi saat dihadapkan pada proyek nyata, kita merasa seperti anak yang kehilangan bola di tengah lapangan.

Bayangkan Anda baru saja lulus dan mendapatkan pekerjaan pertama — itu adalah momen bahagia! Namun, saat pertanyaan pertama yang diajukan adalah, “Bagaimana cara mengatur database ini?” segala pelajaran teori yang Anda pelajari rasanya seperti angin yang berlalu tanpa jejak. Anda mencoba mengingat pelajaran Algo-rithma, tetapi dari balik kepala Anda hanya ada sisa-sisa kenangan yang samar.

Teori vs. Praktis: Duel Abadi

Mari kita bicara langsung. Apakah ada yang mencari pengalaman praktik saat kuliah? Jujur, tidak banyak dari kita yang melakukannya! Baik certificate course maupun workshop praktis sepertinya menjadi mitos, dianggap sebagai hantu yang hanya sering muncul di aplikasi lowongan kerja. Hasilnya, lulusan sering kali hanya tahu bagaimana menyiapkan slide presentasi yang cantik tanpa pengalaman langsung, layaknya kunjungan ke pameran seni tanpa menyentuh lukisan.

Jadi, siapa yang harus disalahkan? Tentu saja, bukan hanya sistem pendidikan, tetapi juga diri kita sebagai mahasiswa. Sudahkah kita berusaha untuk menambah pengalaman praktis di luar kelas? Permainan seperti internship, magang, atau proyek kolaboratif itu kunci untuk tidak terjebak dalam jebakan teori.

Saatnya Memecahkan Jerat Teori

Kita hidup di era di mana banyak informasi bisa diakses dengan mudah. Semua platform online yang mengajarkan keterampilan baru, workshop, hingga komunitas yang saling membantu, tersedia di depan kita. Jadi, apakah kita masih mau terjebak dalam perangkap teori ini? Cukup sudah! Jangan jadi seperti lemari tua, penuh teori tetapi tidak bisa mempraktikkannya.

Untuk semuanya, mari kita berkomitmen untuk tidak hanya menjadi individu berpendidikan yang terjebak di dalam dinding teori. Cobalah untuk mencari pengalaman praktis, ambil langkah ke luar zona nyaman, dan bayar dengan beberapa pengalaman berharga yang mungkin tidak Anda dapatkan di ruang kelas. Misalnya, ketika situasi mendesak muncul di lapangan kerja, Anda akan menjadi superstar yang siap beraksi, bukan sekadar Harry Potter yang tidak bisa menyangkal kelemahan di hadapan Voldemort.

Dari Teori ke Praktis!

Jadi, untuk semua lulusan di luar sana — dan ini adalah seruan untuk bangkit! Ayo kita kembangkan kemampuan praktis kita di luar teori! Ingat, dunia ini bukan hanya kuis teoritis, tapi petualangan penuh tantangan yang menunggu untuk kita taklukkan. Sudah saatnya kita mengubah semua teori yang telah kita pelajari menjadi alat praktik yang akan membuat kita bersinar di dunia kerja. Karena pada akhirnya, kita semua ingin menjadi pengusaha sukses atau profesional yang diandalkan, bukan sekadar “si jenius teori.”

--

--