Antara Tugas Coding dan Kehidupan Sosial Bagaimana Mahasiswa Informatika Mengatur Waktu

Budi Setiawan
4 min readOct 12, 2024

--

Ah, dunia mahasiswa informatika — tempat di mana kecepatan mengetik sering kali mengalahkan kecepatan berbicara, dan kopi menjadi sahabat setia yang tak terpisahkan dari laptop. Di sini, mahasiswa sering kali terjaga hingga larut malam, mengetik perintah-perintah aneh yang seolah-olah memanggil makhluk digital dari dimensi lain. Namun, di balik semua keasyikan itu, ada satu hal yang tak bisa diabaikan: tugas coding menumpuk, deadline mendekat, dan kehidupan sosial menunggu di luar jendela. Bagaimana mahasiswa informatika bisa mengatur waktu antara tugas yang menuntut dan hidup di dunia nyata yang kadang bisa sangat menarik — atau sangat membosankan, tergantung pada pilihan film malam Jumat?

Mari kita mulai dengan gambaran situasi yang familiar bagi banyak mahasiswa. Pagi yang cerah — atau lebih tepatnya, jam 12 siang setelah malam panjang bersama debugger — dan tiba-tiba muncul notifikasi dari dosen: “Tugas coding sudah bisa diambil, deadline satu minggu lagi!” Kedengarannya sederhana, tetapi sebenarnya, seperti menyiapkan sandwich sambil menyetir dengan satu tangan; semuanya bisa berubah menjadi chaos dalam sekejap.

Strategi Pertama: Menyatukan Pasukan

Langkah pertama dalam mengatur waktu adalah dengan meminta bantuan teman-teman. Distrik komunitas coding, juga dikenal sebagai grup WhatsApp “Koding Bareng”, adalah solusi jitu. Alih-alih terjebak sendirian di kamar dengan bertemu dengan rasa putus asa yang melanda, mahasiswa dapat melakukan sesi brainstorming. Namun, pastikan satu hal: dalam kelompok tersebut, satu orang harus bertanggung jawab untuk tidak membuat candaan yang terlalu jauh — karena kita semua tahu siapa yang biasanya berakhir dengan tidur lebih cepat ketimbang menyelesaikan tugas.

Tapi kemudian, realita kembali menghadang. Diskusi coding bisa dengan cepat beralih menjadi perdebatan hangat tentang siapa yang harus memenangkan “Game of Thrones”. Multitasking seperti ini sangat berisiko; satu detik kamu sedang di tengah-tengah men-debug, satu detik berikutnya kamu sudah merencanakan cosplay karakter favoritmu. Jadi, pastikan untuk mengatur aturan mainnya — berikan pun tugas yang spesifik sebelum diskusi berlanjut ke bagaimana Dumbledore seharusnya bisa menyelamatkan Hogwarts.

Strategi Kedua: Blokir Waktu Seperti Pro

Sekarang, mari kita bicarakan blok waktu. Ya, teknik manajemen waktu ini bukan hanya untuk para eksekutif sehari-hari; mahasiswa infotek juga bisa memanfaatkan trik ini. Tentukan waktu khusus hanya untuk coding — misalnya, dua jam penuh tanpa gangguan dengan suara latar dari YouTube atau Spotify yang siap memanjakan telinga. Pastikan juga untuk “mematikan” notifikasi media sosial, kecuali jika kamu tidak keberatan menyaksikan berita terbaru tentang kucing lucu yang mungkin mengalihkan perhatian.

Poin penting, jangan terlalu keras pada diri sendiri! Blok waktu bisa menjadi faktor penentu. Jika kamu merasa otak sudah penuh dengan kode, luangkan waktu untuk bernafas. Berdiri, melakukan stretching atau bahkan melempar kaos kaki ke arah tempat sampah bisa membantu merefresh pikiran. Ingat, otak yang segar adalah otak yang lebih produktif!

Strategi Ketiga: Ciptakan Keseimbangan antara Kode dan Canda

Sekarang, apa gunanya hidup jika tidak ada sedikit tawa? Mahasiswa informatika seringkali dihakimi karena terlalu serius tentang dunia koding mereka. Cherish your inner geek, tetapi jangan lupa untuk menyelipkan senyuman dalam rutinitas harian. Jadwalkan waktu khusus untuk bersosialisasi — bisa berupa nonton film bersama teman, bermain game, atau mencicipi makanan baru. Percayalah, bersosialisasi adalah salah satu bentuk “reseting” terbaik untuk mengatasi stres akibat task list yang menggunung.

Sebuah studi menunjukkan bahwa bermain video game dengan teman bisa meningkatkan mood dan membantu proses belajar — tentu saja, jika kamu bisa menghentikan diri dari berdebat tentang siapa yang paling pintar saat menggunakan cheat code!

Strategi Keempat: Jangan Takut Meminta Pertolongan

Terakhir, kita harus membahas keberanian untuk meminta bantuan. Di dunia yang serba sibuk, sangat wajar untuk merasa tertekan dan bingung. Jangan malas untuk berkomunikasi dengan dosen atau asistennya jika kamu menemui kesulitan dalam tugas coding. Mereka pastinya memiliki sisa-sisa rasa simpati pada mahasiswa yang terjebak dalam kalimat-kalimat menakutkan dari stack overflow.

Berkolaborasi dengan orang lain juga bisa menjadi cara yang efektif. Minta teman untuk memeriksa kode kamu, atau sebaliknya, adakan sesi mendemonstrasi hasil kerja. Dalam keheningan malam, terkadang ide-ide cemerlang muncul dari diskusi tak terduga. Ingat, tidak ada yang lebih brutal daripada duduk sendirian dengan bug di dalam kode!

Kode Hari Ini, Hidup Esok Hari

Jadi, mahasiswa informatika, ingatlah bahwa hidup tidak hanya soal coding dan deadline. Hidup adalah petualangan penuh bumbu — dari tawa ringan hingga tantangan yang bikin nagih. Dengan menyusun strategi waktu dan melibatkan kebahagiaan dalam keseharianmu, tugas coding tidak akan terasa membebani, tetapi malah lebih dapat dikelola. Jangan lupa bahwa di balik layar komputer, ada dunia nyata yang menunggu untuk dijelajahi dan diceritakan.

Jadi, siap-siaplah untuk berlari ke luar dan berkata, “Halo dunia!” — setelah kamu menyelesaikan tugas codingmu, tentunya.

--

--

Budi Setiawan
Budi Setiawan

No responses yet